Jumat, 17 Juli 2015

KAVALERI UDARA TNI-AD


NBO 105 TNI-AD
Helikopter Bolkow-105 atau NBO-105 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan pesawat heli yang cocok untuk medan tempur. Selain suaranya tidak bising, heli yang mampu mengangkut lima orang penumpang itu juga bisa dipasangi senapan mesin dan juga misil.

Tak heran dengan ketangguhannya, helikopter buatan PTDI itu menjadi heli serbu TNI yang biasa digunakan untuk berbagai operasi tempur atau penyelamatan di wilayah seperti Papua. Sayangnya, produksinya sudah dihentikan dari PTDI.


"PT Dirgantara Indonesia tidak lagi memproduksi NBO-105, lisensi dengan MBB sudah habis," kata Kepala Humas PT Dirgantara Indonesia, Rokhendi. PT Dirgantara Indonesia sejak mendapat lisensi dari Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) pada 1976 hingga 2009 ini telah memproduksi sebanyak 122 unit helikopter jenis itu.

Namun PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dipastikan tidak lagi memproduksi helikopter jenis NBO-105 karena lisensi dari Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB) yang diperoleh PTDI telah habis. Sesuai lisensi setelah produksi ke-122, PTDI tak lagi membuat Helikopter NBO-105. Produk ke-122 dari Helikopter NBO-105 ini selesai dikerjakan PTDI dan telah diserahkan ke TNI AD pada 19 Maret 2009 lalu.

TNI-AD merupakan pembeli pertama (1976) dan pembeli terakhir (2009) helikopter jenis itu. Selain dioperasikan oleh militer, heli itu juga banyak dipergunakan untuk pesawat sipil di dalam maupun di luar negeri. 

Perjanjian lisensi dapat dilanjutkan bila memang pasar menghendaki PTDI memproduksi lagi Helikopter NBO-105. "Kalau pasarnya cukup besar, PTDI dapat kembali dipercaya membuat Helikopter NBO-105," katanya.

Dihentikannya produksi komponen gear box merupakan kendala utama pembuatan Helikopter NBO-105. Pabrikan gear box hanya bersedia memproduksi jika pesanan lebih dari 20 buah. 
Rokhendi menyebutkan, TNI sebagai pengguna heli NBO-105 terbanyak. Hal itu merupakan komitmen TNI untuk menggunakan alutsista buatan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan logistiknya.
Spesifikasi NBO-105 CB

* Crew: 1 or 2 pilots
* Capacity: 4
* Length: 11.86 m (38 ft 11 in)
* Rotor diameter: 9.84 m (32 ft 3½ in)
* Height: 3.00 m (9 ft 10 in)
* Disc area: 76.05 m² (818.6 ft²)
* Airfoil: NACA 23012
* Empty weight: 1,276 kg (2,813 lb)
* Max takeoff weight: 2,500 kg (5,511 lb)
* Powerplant: 2× Allison 250-C20B turboshaft engines, 313 kW (420 shp) each

Performance

* Never exceed speed: 270 km/h (145 knots, 167 mph)
* Maximum speed: 242 km/h[9] (131 knots, 150 mph)
* Cruise speed: 204 km/h (110 knots, 127 mph)
* Range: 575 km (310 NM, 357 mi)
* Ferry range: 1,112 km (600 NM, 691 mi)
* Service ceiling: 5,180 m (17,000 ft)

MI-35 HIND TNI-AD


Tahun 2010 yang lalu, tanpa banyak publikasi yang berlebihan, Dinas Penerbang Angkatan Darat (Penerbad) TNI AD menerima 3 unit Mi-35 P, melengkapi 2 unit Mi-35 Hind E yang sudah dibeli sebelumnya. Helikopter ini dibeli Indonesia dari Rusia bersamaan dengan pembelian Mi-17 v5 yang merupakan Heli Serbu. Pembelian helikopter tersebut merupakan realisasi perjanjian pemerintah RI dan Rusia pada September 2007 menggunakan fasilitas kredit pembelian luar negeri dari pemerintahan Rusia sebesar 56,1 juta dolar AS atau setara dengan 64,5 miliar rupiah. Harga itu termasuk pencakupan persenjataan dan amunisi serta pelatihan bagi para calon awak pesawat.
Mi-35 Hind E : Heli Serang Atau Heli Serbu?
Secara umum terdapat dua kategori Helikopter (CMIIW) yang dikelompokkan berdasarkan fungsi dan tugasnya dalam menjalankan sautu operasi militer. Kategori yang pertama adalah kategori Heli Serbu (assault heli) dan yang kedua adalah Heli Serang (attack Heli). Heli Serbu biasanya digunakan untuk mengangkut pasukan kedaerah operasi. Hali jenis ini biasanya hanya memiliki senjata ‘seadanya’ untuk melindungi heli tersebut dari serangan musuh. Di Indonesia, Heli jenis ini cukup banyak, diantaranya adalah Heli NBell-412 dan Mi-17 yang keduanya merupakan milik TNI AD. Pada kategori ini, fungsi heli lebih ditekankan kepada kemampuan membawa pasukan dalam jumlah yang banyak..
.
Sedangkan Heli Serang adalah heli yang dikhususkan untuk menyerang musuh dengan senjata yang mematikan, sehingga heli ini lebih mementingkan kemampuan membawa senjata yang banyak di bandingkan membawa pasukan. Di Indonesia, Heli jenis ini tidak sebanyak Heli Serbu, dimana Heli Serang paling hebat yang dimiliki TNI AD saat ini adalah 5 unit Mi-35 Hind E. Namun seperti saya katakana sebelumnya bahwa Mi-35 Hind E bukanlan Heli Serang Murni, karena selain bisa memiliki senjata yang mematikan, Heli ini juga bisa mengangkut pasukan bersenjata lengkap (walaupun jumlah pasukan yang bisa dibawa lebih sedikit dari Mi-17 v5).
Mi-35 Hind E milik TNI AD
Heli serang Murni saat ini cukup banyak jenisnya. Sebut saja AH-64 D Apache dari Amerika, Mi-28N Havoc dari Rusia, WZ-10 dari China, dan lainnya. AH-64D Apache Longbow disebut-sebut memiliki potensi untuk diakuisisi oleh Indonesia. Namun sampai saat ini kebenaran berita ini masih sebatas rumor, karena belum ada kontrak yang jelas antara Indonesia dan Amerika.
Senjata yang dimiliki Heli Mi-35 Hind E TNI AD
Helikopter Serang tentunya harus memiliki persenjataan yang cukup gahar mengingat fungsinya memang adalah untuk melakukan serangan ke lokasi musuh. TNI AD sebagai pengguna Helikopter ini tentunya juga sudah memikirkan hal ini. Untuk itu bersamaan dengan kedatangan armada helikopter tempur Mi-35P dari Rusia yang melengkapi Skadron 31/Serbu Penerbad pada tahun 2010, juga menyertakan paket senjata rudal anti tank. Mi-35P yang juga dikenal sebagai APC terbang yang dikarena kemampuan Mi-35 Hind E ini membawa 8 pasukan bersenjata lengkap. Mi-35 Hind E hadir melengkapi Skadron 31 dengan persenjataan yang cukup garang, seperti roket S-8 kaliber 80mm, pelontar chaff/flare, kanon standar GSh-30-2 kaliber 30mm dan rudal anti tank AT-9 Spiral-2.
Rudal AT-9 di Mi-35 Hind E milik TNI AD
Senjata yang dimiliki Mi-35 Hind E milik TNI AD cukup gahar, terutama rudal Anti Tank AT-9 Spiral-2 yang akan menjadi senjata menakutkan bagi musuh yang dilengkapi Tank sekalipun. Sama seperti penamaan rudal anti tank AT-5, nama rudal AT-9 juga merupakan nama yang diberikan oleh pihak NATO. Rudal ini cukup unik, karena fungsinya sebagai rudal anti tank yang biasanya diluncurkan dari darat, namun AT-9 Sprial-2 ini adalah rudal anti Tank yang sengaja dirancang untuk platform peluncuran dari udara.
Rudal anti tank AT-9 bisa dikatakan merupakan rudal anti tank yang masih gress, karena negara produsennya Rusia sendiri baru mulai mengoperasikan rudal ini pada tahun 1990-an. Rudal AT-9 ini didesign dengan melakukan pengembangan dari versi sebelumnya, AT-6 Spiral, dengan penyempurnaan pada sisi akurasi, kecepatan, dan jangkauan. Sistem pemandu rudal AT-9 Spiral-2 ini adalah SACLOS (Semi Automatic Command to Line of Sight), dimana operator harus membidik target sampai rudal berhasil mengenai target, jalur kendalinya berupa sinyal radio. Dalam pola pengoperasiannya, pilot dan juru tembak harus sama-sama mengarahkan helikopter ke arah target hingga rudal tepat tiba di sasaran. Namun versi terbaru dari rudal ini sudah bisa melakukan tembakan fire and forget.
Rudal Anti Tank AT-9 Spiral-2 ini sebenarnya memiliki beberapa versi yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya dalam operasi militer. Masing-masing versi memiliki keunggulan masing-masing. Diantaranya adalah jenis Anti Tank dengan tandem HEAT ( High Explosive Anti Tank ), yakni AT-9 yang dilengkapi proyektil peledak dengan dua tahap peledakan. Rudal AT-9 versi Tandem HEAT ini memang dikhususkan untuk menghancurkan kendaraan berlapis baja, termasuk MBT ( main battle tank ). Kemungkinan AT-9 yang dimiliki TNI AD adalah versi ini, namun kebenarannya belum bisa di konfirmasi.
Jenis kedua dari Rudal ini adalah AT-9 versi 9M120F yang dilengkapi dengan hulu ledak thermobaric. Pada rudal dengan thermobaric ini, peledak akan menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang lebih lama, yang biasanya dengan sebutan "airfuel bomb". Efek ledakan yang lama ini dimaksudkan untuk melibas pasukan infantri, sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar. Thermobaric memanfaatkan oksigen dan udara dalam peledakannya sehingga sangat pas untuk menghajar target infantri yang bersembunyi di dalam terowongan, gua, atau bunker. Rudal jenis ini sepertinya memang dikhususkan sebagai rudal anti infantry. Namun tidak ada kejelasan apakah TNI AD juga memiliki rudal jenis ini.
Jenis ketiga dari rudal AT-9 ini adalah AT-9 versi 9A220O yang dilengkapi dengan hulu ledak expanding rod yang merupakan sebuah amunisi khusus yang menggunakan pola fragmentasi ledakan annular. Jenis ketiga ini dikhususkan sebagai rudal untuk menghancurkan target berupa helicopter lain. Rudal ini dilengkapi system laser sebagai penentu keauratan termbakannya. Namun, rudal jenis ini juga belum jelas apakah dimiliki TNI AD atau tidak.
Mi-35 Hind E dan Pesaingnya di ASEAN
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa Mi-35 Hind E adalah Heli Serang (walaupun tidak murni) yang dimiliki TNI AD. Negara-negara di ASEAN juga melihat bahwa Helikopter Serang sejenis ini merupakan asset yang harus mereka miliki untuk menambah efek gentar yang dimiliki militer negara tersebut. Itulah sebabnya tidak hanya Indonesia saja yang memiliki jenis Heli Serang ini di ASEAN.
Di kawasan Asia Tenggara, ada beberapa negara yang memiliki helikopter serang. Thailand memiliki 4 unit helikopter AH-1 Cobra bekas dari AS yang diretrofit. Helikopter ini sejatinya sudah cukup ketinggalan jaman, namun dengan dilakukannya retrofit maka Helikopter mili Thailand ini juga harus diperhitungkan. Singapura tercatat memiliki armada Heli Serang paling gahar di ASEAN dengan memiliki heli AH-64 D Apache semenjak tahun 2002 dalam program Peace Vanguard sebanyak 20 unit. Separuh dari heli serang itu bermarkas di Amerika Serikat. Pada tahun 1997 sebelum Krisis Ekonomi, Malaysia mencoba mengakuisisi Heli Serang CSH-2 Rooivalk buatan Denel Afrika Selatan. Namun rencana ini gagal hingga saat ini. Indonesia yang telah memiliki 5 unit Mi-35 Hind E juga berencana menambah kekuatan dengan akuisisi heli serang murni dengan candidate AH-64 D Apache atau jenis lainnya. Namun ini masih dalam tahap penjajakan.
Dilihat dari daftar Heli Serang yang ada di ASEAN, rasanya 5 unit Mi-35 Hind E dengan rudal anti tank AT-9 Spiral 2 akan membuat kekuatan Indonesia semakin diperhitungkan. Tercatat hanya Singapura yang memiliki kekuatan Heli Serang yang jauh lebih gahar dari Indonesia. Dibandingkan Thailand dan Malaysia, saya rasa heli serang Indonesia masih lebih baik. Namun ada baiknya juga Indonesia tidak hanya dilengkapi dengan Mi-35, tetapi juga dilengkapi heli serang yang memang benar-benar heli serang murni di masa yang akan datang. Semuanya itu untuk memastikan setiap jengkal wilayang kedaulatan Indonesia terlindungi..

Kru : 3 (pilot, perwira persenjataan, teknisi)
Kapasitas : 8 prajurit atau 4 tandu
Panjang : 17,5 m
Diameter baling-baling : 17,3 m
Rentang Sayap : 6,5 m
Tinggi : 6,5 m
Area piringan: 235 m²
Berat kosong : 8.500 kg
Berat maksimum lepas landas : 12.000 kg
Mesin : 2× Isotov TV3-117 turbin, 1.600 kW (2.200 hp) masing-masing Performa
Kecepatan maksimum : 335 km/h (208 mph)
Jarak jangkau : 450 km (280 miles)



AH-64 APACHE TNI-AD

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, TNI AD akan membeli 7 helikopter jenis Apache untuk memperkuat sistem alutsista TNI AD. Rencananya, ketujuh helikopter tersebut baru bisa melengkapi alutsista milik TNI AD pada tahun 2017.

"Jadi Apache tersebut kita sudah memesan," ujar Gatot, dalam acara penutupan pameran Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AD 2014 di lapangan Monas, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

AH-64 Apache merupakan helikopter tempur dengan empat baling-baling utama dan bermesin ganda yang didesain Hughes Helicopters, perusahaan manufaktur asal Amerika Serikat. Helikopter tempur ini dilengkapi dengan meriam rantai M230 di bawah moncongnya dan bisa disematkan persenjataan lain termasuk roket.

Umumnya, helikopter tempur ini menjadi andalan dalam penyerbuan karena bisa digunakan dalam berbagai keadaan cuaca. Pasukan Amerika Serikat menjadikan Apache sebagai senjata andalan dalam Perang Teluk, terutama dalam operasi Desert Storm.

Gatot mengatakan, selain memesan Apache, TNI AD juga akan membeli helikopter M 17, Tank dan Panser Anoa jenis amphibi untuk melengkapi alutsista TNI AD. Pembelian alutsista tersebut akan disesuaikan dengan anggaran TNI AD.

Selain itu, menurut Gatot, TNI AD akan memprioritaskan pembelian alutsista pada industri dalam negeri, salah satunya pada PT Pindad. Namun, jika ada alutsista yang lebih canggih dari buatan PT Pindad, TNI akan beralih pada produsen lain. "Ini demi menjaga persaingan," kata Gatot.
 TNI AD berencana membeli sejumlah helikopter untuk melengkapi alat sistem persenjataan mereka. Target awal, TNI matra darat akan membeli capung besi jenis Apache.

"Kita membutuhkan 7 Apache lagi sudah kita pesan, tinggal menunggu datang," kata Kasad Gatot Nurmantio dalam jumpa pers saat penutupan pameran Alutsista TNI AD di Silang Monas, Rabu (17/12/2014).

Selain Apache, kata Gatot, akan menyusul helikopter lainnya seperti MI-17 dan Dell. "Karena kondisi geografis kita memerlukan itu," papar Gatot.

Menurut Gatot, 7 Apache tersebut baru bisa terpenuhi pada tahun 2017. Tak hanya helikopter TNI AD juga segera akan melengkapi diri dengan berbagai jenis tank seperti Wide Tank, Medium Tank sampai MBT. Namun, tetap akan disesuaikan dengan anggaran termasuk persediaan anggaran.

Gatot menambahkan pemenuhan Alutsista itu akan diprioritaskan pada industri dalam negeri. Saat ini baru Pindad yang mampu membuat, namun dia membuka diri apabila ada industri dalam negeri lain yang mampu membuat lebih bagus dari produksi Pindad.

"Kalau ada industri lain di dalam negeri yang lebih bagus dari Pindad ya saya minta itu, walaupun saya komisaris utama Pindad, supaya ada persaingan," pungkas Kasad Gatot. 

Kru: 2 penerbang
Kapasitas angkut : 11 tentara bersenjata lengkap atau setara kargo seberat 4.100 kg
Panjang: 19,76 meter
Lebar: 2,36 meter
Diameter rotor : 16,36 meter
Tinggi: 5,13 meter
Bobot tempur : 9.980 kilogram
Mesin : 2 buah  General Electric T700-GE-701C turboshaft berdaya masing-masing 1.890 horse power
Senjata:
2 buah meriam laras putar (gatling) kaliber 12,7 mm GAU-19, atau
2 buah senapan mesin M240H kaliber 7,62 mm,atau  
2 buah minigun M134 kaliber 7,62 mm
Roket antitank Hydra 70
Rudal AGM-114 Hellfire