Jumat, 17 Juli 2015

PERKEMBANGAN KORPS HIU KENCANA

whiskey class
Jika Anda melewati Jalan Pemuda, di Kota Surabaya, pasti mata Anda akan melihat sebuah kapal selam berdiri kokoh di pinggir jalan tersebut. Jika Anda memang sengaja hendak berlibur di Kota Pahlawan ini dengan keluarga, tidak ada salahnya mampir dan melihat dari dekat apa dan siapa mengenai keberadaan kapal selam tersebut.

Itulah Monumen Kapal Selam alias Monkasel dimana KRI Pasopati 401 dipajang di sana. Kapal selam ini merupakan salah satu kapal selam TNI Angkatan Laut tipe Whiskey Class buatan Uni Soviet tahun 1952. KRI Pasopati masuk jajaran TNI AL pada 29 Januari 1962 dan turut terlibat dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda kala itu.


Monkasel yang dibangun dengan ide para sesepuh kapal selam TNI AL ini diresmikan tanggal 27 Juni 1998 untuk memperingati keberanian para pahlawan Indonesia. Untuk membawa kapal selam ke kota Surabaya bukanlah perkara mudah. Pasopati harus dipotong menjadi 16 bagian dan selanjutnya dibawa ke area Monkasel kemudian dirakit kembali menjadi sebuah monumen. Monkasel di sisi Sungai Kalimas ini disebut-sebut merupakan Monkasel terbesar di kawasan Asia.

Pengunjung hanya membeli tiket masuk sebesar Rp 5.000. Sebelum menaiki tangga memasuki lambung KRI Pasopati, petugas jaga akan menyarankan pengunjung menuju sebuah ruangan untuk menyaksikan film dokumenter selama sekitar 30 menit mengenai sejarah TNI Angkatan Laut dan sepak terjang kapal selam ketika pertama kali diterima TNI AL dari Uni Soviet atau Rusia.

Atmadji Sumarkidjo, dalam buku Mission Accomplished (2010), menyebutkan sebanyak 12 kapal selam jenis Whiskey Class atau "W" yang dibeli dari Soviet bukan kapal selam yang baru sama sekali, tetapi reputasinya cukup baik kala itu. Soviet memang mengembangkan sejumlah tipe kapal selam, tetapi hanya tipe "W" yang mereka jual ke negara-negara "sahabat", salah satunya ke Indonesia.

Sebelum membawa kapal selam tersebut ke Tanah Air, maka dikirimlah para pelaut muda Indonesia ini secara bergelombang mengikuti on the job training langsung di kota Vladivostok, pangkalan utama kapal selam untuk pasifik yang disebut sebagai Pusat Pendidikan 89, Angkatan Laut Uni Soviet.

Di sanalah para pelaut muda Indonesia digembleng bagaimana mengawaki kapal selam ini. Latihan dengan kapal selam dilakukan di perairan di Vladivostok yang sangat dingin. Pengantar untuk berkomunikasi pun dilakukan dalam bahasa Rusia. Untuk itu sebanyak empat guru wanita didatangkan dari Moskwa untuk memberikan kursus kilat bahasa Rusia bagi para awak kapal Indonesia ini. Dalam waktu 3 bulan umumnya mereka sudah bisa menguasai dasar-dasar bahasa Rusia.

Kapal selam KRI Pasopati 401 memiliki panjang 76,6 meter, lebar 6,30 meter dan dilengkapi dengan gas uap torpedo berjumlah 12 buah dan secara teoritis mampu menyelam sedalam 300 meter. Spesifikasi lainnya kecepatan 18,3 knot di atas permukaan, 13,6 knot di bawah permukaan; berat penuh 1.300 ton, baterai 224 unit, bahan bakar diesel; baling-baling 6 lubang dan awak kapal sebanyak 63 orang termasuk komandan.

Jangan khawatir, saat memasuki lambung KRI Pasopati, Anda akan ditemani oleh pemandu wisata yang merupakan siswa atau siswi SMK di Surabaya. Pemandu wisata ini dengan fasih akan menjelaskan seluk beluk kapal selam KRI Pasopati dan apa-apa saja yang ada di dalamnya.

Siap-siap saja saat Anda memasuki kapal selam Pasopati. Jangan membayangkan sebuah kapal penumpang dengan ruangan yang luas. Namanya kapal selam, semuanya serba sempit dan tidak ada ruang yang dibiarkan kosong melompong. Pengunjung yang bertubuh tinggi harus selalu waspada dan berjalan merunduk. Pasalnya banyak peralatan dipasang di dinding kapal.

Belum lagi penghubung antar satu ruangan dengan ruangan lain ada yang harus melalui sebuah pintu yang hanya cukup dilalui satu orang. Itupun syaratnya harus membungkukkan badan. Anda bisa membayangkan saat posisi tempur atau darurat, para awak kapal selam ini dituntut gesit dan cekatan berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Untuk berpapasan pun harus mengatur posisi tubuh terlebih dahulu bila tidak ingin bersenggolan.

KRI Pasopati memiliki tujuh ruangan yakni ruang torpedo, ruang komandan, ruang jembatan utama dan pusat komando, ruang awak kapal, dapur dan penyimpanan baterai, ruang mesin diesel dan terminal mesin, kamar mesin listrik dan ruangan torpedo untuk bagian buritan.

Sebagai sebuah monkasel, keberadaan pengunjung di dalam KRI Pasopati ini dibuat nyaman. Pendingin ruangan telah dirancang untuk selalu mengalir ke seluruh badan kapal selam. Pengunjung pun dengan antusias mengikuti penjelasan dari pramuwisata.

Padahal ketika kapal selam ini beroperasi saat itu, KRI Pasopati tidak dilengkapi AC. Pasalnya, kapal selam jenis "W" ini dirancang untuk menyelam di laut yang dingin seperti di Soviet dan bukan di kawasan tropis sehingga tidak memerlukan penyejuk ruangan. Akibatnya ketika Pasopati melaksanakan tugas di perairan Indonesia, bisa Anda bayangkan betapa "luar biasa" kendala yang dihadapi para ABK selama menyelam di bawah laut di perairan tropis. Yang sangat membanggakan adalah para ABK ini tetap semangat tinggi menjalankan tugas di tengah-tengah situasi yang serba "terbatas".

Sumarkidjo menuturkan, bila di Vladivostok yang dingin itu, saat menyelam adalah yang paling menyenangkan, karena temperatur di dalam kapal menjadi hangat. Ketika para awak pertama menjalankan pelatihan di Vladivostok, pada saat menyelam, mereka harus memakai baju tebal (para awak menyebutnya baju hanoman!) karena di dalam kapal sangat dingin.

Tetapi situasinya berbalik 180 derajat ketika beroperasi di perairan Indonesia. Semakin lama di bawah permukaan laut, semakin naik suhu di dalam kapal selam. Kadar CO2 di dalam kapal juga naik secara perlahan. Karena itulah kalau mereka melakukan penyelaman panjang harus dilakukan berbagai upaya untuk menghemat O2. Jadi wajar kalau awaknya hanya bercelana pendek dan kaos saja. Bahkan Menteri Keamanan Nasional/KSAD (waktu itu) Jenderal AH Nasution ketika hadir di kapal yang sedang menyelam juga menggunakan celana pendek.

Satu hal lagi, kapal selam jenis "W" ini sulit dideteksi oleh kapal di permukaan. Hal ini terungkap ketika KRI Pasopati dalam suatu latihan bersama AL Australia menyelam sambil menarik sebuah bendera di permukaan untuk menunjukkan posisi mereka. Namun alat sonar canggih milik kapal perang Australia tetap tidak mampu mendeteksi. Apa rahasianya? Ternyata rahasianya terletak 
pada metalurgi kapal selam buatan Soviet tersebut sehingga alat sonar kapal-kapal buatan Barat sukar mendeteksinya.KRI Pasopati pensiun menyelam tahun 1980 dan merupakan kapal selam TNI AL kelas "W" terakhir beroperasi. Itulah kehebatan kapal selam jenis whiskey class TNI AL dan betapa heroiknya perjuangan para awaknya saat itu.



KRI NANGGALA 402

Keunggulan lain KRI Nanggala 402 pasca overhaul adalah kemampuan sonar yang mencapai 24,03 mil (40 km), kemampuan selam hingga 200 meter dengan waktu selama 52 hari, radar yang dilengkapi peta elektronik, hingga komunikasi yang terintegrasi dengan sistem lan. (photo : Audrey)

Penantian panjang melihat kapal selam KRI Nanggala-402 kembali menelusup perairan Indonesia berakhir sudah. Kapal yang pernah dijuluki monster bawah laut karena kemampuan tempurnya ini kembali memperkuat jajaran TNI Angkatan Laut (AL) setelah menjalani perbaikan dan perawatan menyeluruh (overhaul) di Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea Selatan.

Kemarin kapal tipe U-29 buatan Jerman ini sukses berlabuh di dermaga Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya setelah menempuh perjalanan selama 21 hari.

Keberhasilan overhaul KRI Nanggala-402 tersebut tentu semakin meningkatkan sistem pertahanan Indonesia di wilayah perairan. Kini Indonesia memiliki kapal selam tempur supercanggih yang mampu menjaga kedaulatan hukum dan keamanan laut dari serangan musuh.

Menurut Komandan Satuan Tugas Overhaul KRI Nanggala- 402 Kolonel Tunggul Suropati, ada sejumlah peranti penting yang diperbaiki dan diganti selama kapal berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter ini berada di Korsel, di antaranya sistem kendali senjata, radar, sonar, alat komunikasi, hingga penggantian separuh badan kapal dari haluan sampai buritan.
Sistem manajemen tempur dan operasi digital baru dari Norwegia diterapkan pada KRI Nanggala. Sistem baru KRI Nanggala-402 diterapkan dari teknologi manajemen tempur dan operasi dari Norwegia. Teknologi digital itu memungkinkan komandan kapal mengambil keputusan secara lebih cepat, efisien, dan tepat atas posisi dan kedudukan kapal terhadap sasaran yang dituju. (photo : Antara)

“Sekarang KRI Nanggala- 402 ini sudah berimbang dengan milik negara tetangga, termasuk Australia. Sistem kendali senjata kapal ini sudah canggih. Senjata torpedo pada kapal ini bisa menembak dengan akurat dari jarak yang cukup jauh,” ungkapnya di Markas Koarmatim Surabaya kemarin.

Tunggul menjelaskan, keunggulan lain KRI Nanggala-402 pasca-overhaul adalah kemampuan sonar yang mencapai 24,03 mil (40 km), kemampuan selam hingga 200 meter dengan waktu selama 52 hari, radar yang dilengkapi peta elektronik, hingga komunikasi yang terintegrasi dengan sistem lain. “Jadi meskipun di bawah laut, kapal ini bisa berkomunikasi hingga seluruh dunia,” ungkapnya.

Tunggul menuturkan, banyaknya perbaikan inilah yang memerlukan waktu lama selama overhaul, termasuk biayanya yang cukup tinggi. Untuk keseluruhan perbaikan kapal, negara mengeluarkan biaya hingga USD75 juta. “Tetapi nilai itu sudah sebanding dengan kemampuan yang dimiliki. Bayangkan, KRI Nanggala-402 ini kemampuannya delapan kali dibanding kapal perang biasa,” katanya.
Kapal bernomor lambung 402 ini dilengkap dengan Torpedo yang mampu mengejar kebisingan. Kapal ini juga bisa dilengkap oleh beberapa misil seperti SubExocet, SubHarpoon dan sebagainya (photo : Audrey)

Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Soeparno menyambut gembira sukses overhaul KRI Nanggala-402 tersebut. Dia berharap kapal tersebut mampu menjalankan fungsinya dengan bagus, yakni melakukan infiltrasi, peperangan atas dan bawah air, penyebaran ranjau terbatas, hingga proses evakuasi. “Sudah waktunya kita memiliki kapal selam canggih seperti ini sehingga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap terjaga,” ungkap alumnus Akademi Angkatan Laut 1978 ini.

Jenderal bintang empat kelahiran Surabaya ini menjelaskan, dengan wilayah perairan yang cukup luas, jumlah kapal selam yang dimiliki Indonesia jauh dari cukup.Saat ini baru ada dua kapal selam, yakni KRI Cakra- 401 dan Nanggala-402. “Kami memang sudah memesan kapal selam lagi ke Korsel, tetapi jumlahnya hanya tiga. Padahal minimal kebutuhan kita mencapai 12 unit,” tutur mantan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat ini.

Menanggapi kebutuhan tersebut, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengaku, DPR akan terus membantu mengupayakan. Kebutuhan alutsista memang mendesak. “Tahun 2012 ini keseluruhan anggaran pertahanan kita adalah Rp72 triliun. Anggaran ini sengaja besar karena sebagian besar alutsista kita rusak,” katanya.



CHANGBOGO CLASS



Safran Group perusahaan merger dari Sagem dan Snecma group, berhasil memenangkan kontrak dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co Ltd (DSME) Korea Selatan, sebagai kontraktor utama untuk sistem navigasi yang akan dipasang pada tiga kapal selam 1.400 ton yang dipesan oleh angkatan Laut Indonesia .

Kapal selam yang dipesan Indonesia pada tahun 2012 ini, merupakan kapal selam baru kelas ocean-going, hasil rancangan Korea Selatan yang dijual pertama kali ke pasar internasional.

Korea Selatan memilih sistem navigasi Sagem (Safran Group) karena dinilai menawarkan keandalan yang tinggi dan presisi, bagi sistem navigasi kapal selam dalam melaksanakan misi, baik untuk operasi di lautan, maupun di sepanjang garis pantai. Modul navigasi yang sediakan Sagem berupa sistem navigasi inersial laser gyro Sigma 40XP serta sistem navigasi lainnya, yang berkontribusi terhadap fungsi siluman kapal selam (stealth), sekaligus untuk keselamatan selama penyelaman.

Modul Sigma 40XP disebut-sebut sebagai sistem navigasi inersial yang paling compact di kelasnya. Integrated inertial navigation system ini dirancang sebagai modular sistem terbuka, sehingga dianggap sebagai solusi yang ideal bagi berbagai kapal selam modern bertenaga nuklir maupun konvensional, juga untuk modernisasi kapal yang eksisting.

The Sigma 40XP ring-laser-gyro inertial navigation system calculates and transmits position and attitude information (heading, pitch and roll). With its 1 Nm/24 hr-accuracy in free inertial navigation (without GPS recalculating), Sigma 40XP provides very high performance, long-term navigation and contributes to the submarine’s excellent submerged endurance.


DSME memilih Sagem karena perusahaan itu telah terbukti memiliki kemampuan sebagai sistem integrator, ditambah keahlian dalam fusi data dan transmisi untuk sistem tempur kapal. Sagem (safran Group) juga memiliki pengalaman yang luas dalam mengelola berbagai program pertahanan .

Kontrak ini sekaligus menandai meningkatnya hubungan industri antara Korea Selatan dan Sagem dalam sistem navigasi serta pencapaian keunggulan teknologi laser pada sistem navigasi kapal selam.

Lembaga Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (DAPA) telah memilih Sagem untuk memodernisasi sistem navigasi pada Kapal Selam KSS – 1 Chang Bogo, dan beberapa kapal selam modern Korea Selatan yang sudah beroperasi penuh.

Melalui kontrak ini, Sagem berhasil mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin dalam urusan sistem navigasi untuk Armada kapal selam modern. Lebih dari 60 kapal selam di seluruh dunia, di 14 kelas yang berbeda, kini dilengkapi dengan sistem navigasi Sagem, termasuk kapal selam nuklir (SNLE – NG, Barracuda, SNA Améthyste), (AIP) jenis propulsi udara independen maupun kapal selam jenis diesel – listrik (keluarga Scorpene). Lebih dari 400 kapal permukaan juga dilengkapi dengan sistem navigasi inersial dari Sagem.


COMBAT MANAGAMENT CHANGBOGO CLASS

Banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam mengadopsi jenis kapal selam baru. Selain keunggulan sistem senjata, dapur pacu, dan sensor, hal lain yang tak kalah penting adalah kecanggihan pada teknologi CMS (Combat Management System). Tak ubahnya seperti Sewaco (Sensor, Weapon and Control System) yang kondang di kapal perang permukaan, pada kapal selam dibutuhkan karakteristik khusus untuk pengendalian jenis senjata dan sensor yang butuh penanganan berbeda.

Seperti Korps Hiu Kencana TNI AL yang tak lama lagi akan menerima kedatangan kapal selam baru dari Korea Selatan, yakni tiga unit Changbogo Class, nantinya akan dilengkapi teknologi CMS canggih MSI-90U Mk 2 buatan Kongsberg Defence Systems, penyedia sistem elektronik senjata dari Norwegia. Kongsberg Defence Systems telah mendapatkan kontrak senilai US55,5 juta dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) untuk memasok perangkat MSI-90U Mk 2 bagi tiga unit Changbogo Class (basis tipe U209-1400) yang telah dipesan Indonesia sejak tahun 2011. Namun, kabarnya MSI-90U Mk 2 juga telah di instal ke KRI Nanggala 402 dalam proyek upgrade beberapa waktu lalu.

Banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam mengadopsi jenis kapal selam baru. Selain keunggulan sistem senjata, dapur pacu, dan sensor, hal lain yang tak kalah penting adalah kecanggihan pada teknologi CMS (Combat Management System). Tak ubahnya seperti Sewaco (Sensor, Weapon and Control System) yang kondang di kapal perang permukaan, pada kapal selam dibutuhkan karakteristik khusus untuk pengendalian jenis senjata dan sensor yang butuh penanganan berbeda.

Seperti Korps Hiu Kencana TNI AL yang tak lama lagi akan menerima kedatangan kapal selam baru dari Korea Selatan, yakni tiga unit Changbogo Class, nantinya akan dilengkapi teknologi CMS canggih MSI-90U Mk 2 buatan Kongsberg Defence Systems, penyedia sistem elektronik senjata dari Norwegia. Kongsberg Defence Systems telah mendapatkan kontrak senilai US55,5 juta dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) untuk memasok perangkat MSI-90U Mk 2 bagi tiga unit Changbogo Class (basis tipe U209-1400) yang telah dipesan Indonesia sejak tahun 2011. Namun, kabarnya MSI-90U Mk 2 juga telah di instal ke KRI Nanggala 402 dalam proyek upgrade beberapa waktu lalu.

Seperti apakah peran MSI-90U Mk 2? Sistem manajemen tempur kapal selam abad 21 ini dirancang untuk mengendalikan misi kapal selam di kawasan litoral dan lautan lepas. Secara keseluruhan MSI-90U Mk 2 menangani pengelolaan distribusi data dalam jumlah besar, general-purpose
Commercial-Off-The-Shelf (COTS) computers, pengendalian komunikasi data antara MSI-90U Mk 2, sensor dan efektor yang menggunakan lalu lintas LAN (Local Area Network) dengan kapasitas gigabit ethernet. Sebagai elemen back up, teknologi ini dapat menciptakan built-in redundancy and graceful degradation provide a high system availability.

Dan yang paling utama, penyediaan torpedo board interface untuk pemilihan jenis torpedo yang akan ditembakkan. Dan terakhir, kemampuan untuk mengendalikan operasi kapal selam dalam beberapa sub mode. Beberapa jenis torpedo yang siap ditangani oleh MSI-90U Mk 2 seperti tipe SST4/SUT Mod. 0, DM2A3/DM2A4, A184 Mod. 3, dan NSP/BlackShark. Khusus untuk torpedo, TNI AL nantinya akan menjodohkan Changbogo Class dengan torpedo BlackShark 533 mm.

Dalam pengoperasian, umumnya MSI-90U Mk 2 ditangani oleh 3 sampai 5 konsol multi fungsi, namun jumlah tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan operasional dari negara pengguna kapal selam. Konsol multi fungsi pengendali MSI-90U Mk 2 mempunyai peran aplikasi yang mencakup sensor integration,target motion analysis, target classification/identification,threat evaluation, tactical functions, engagement analysis, dan weapon preparation and control. Sistem terintegrasi ini juga melakukan peran data recording, data replay, dan built in simulation.

Dalam jagad teknologi kapal selam, nama Kongsberg sudah cukup melegenda, pengalaman dalam memproduksi CMS bagi kapal selam telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Dimulai pada dekade 70-an mengembangkan CMS MSI-70U untuk kapal selam AL Norwegia Kobben class. Kemudian CMS MSI-90U yang kondang digunakan kapal selam di Norwegia dan Jerman. MSI-90U sekarang operasional di enam kapal selam Norwegia (Ula Class) dan di kapal selam Jerman/ Italia U212A.