F16 BLOCK 52-ID
Proses Panjang F-16 Hibah
Proses hibah F-16 bekas dari Amerika ini sendiri sudah melalui proses panjang dan melalui banyak pro dan kontra di Indonesia. Pada awalnya Pemerintah Indonesia ingin membeli 6 unit F-16 Block 52 baru dengan dana sekitar $430 Juta untuk melengkapi 10 unit pesawat tempur F-16 Block 15 OCU yang telah di miliki Indonesia sebelumnya. Namun ditengah jalan, ada tawaran cukup menggiurkan dari Amerika dimana Amerika menawarkan Hibah 24 unit airframe pesawat tempur F-16 Block 25 bekas yang sudah tidak operasional dan sudah disimpan di AMARG (fasilitas penyimpanan pesawat tempur non aktif Amerika). Hibah 24 unit F-16 Block 25 bekas plus 4 unit F-16 Block 25 dan 2 F-16 Block 15 sebagai saprepart ini, semuanya gratis. Namun 24 unit F-16 ini harus di upgrade dari standard Block 25 menjadi setara dengan F-16 Block 32 dengan biaya upgrade yang sama dengan anggaran sebelumnya yaitu sekitar $430 juta.
Namun belakangan, ketika Kemenhan dan User bertemu dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dalam siding membahas Opsi Hibah F-16 ini, opsi upgrade yang sebelumnya hanya direncakan untuk setara Block 32 di naikkan menjadi setara Block 52 dengan kenaikan dana upgrade menjadi sekitar $700 Juta. Hal ini akhirnya menjadi keputusan final dimana rencana awal membeli 6 unit F-16 Block 52 baru diganti menjadi Hibah plus Upgrade 24 unit F-16 setara Block 52. Pertimbangan utama dipilihnya Hibah Upgrade 24 unit F-16 setara Block 52 ini dibandingkan 6 unit F-16 Block 52 baru adalah pertimbangan pentingnya mengejar kuantitas dibandingkan kualitas mengingat luasnya wilayah Indonesia dan minimnya jumlah pesawat tempur TNI AU.
Belakangan setelah 3 unit pesawat tempur setara block 52 ini tiba di Indonesia, pihak Indonesia memberikan nama resmi F-16 Block 52ID untuk pesawat hibah upgrade untuk Indonesia ini. Namun nama resmi F-16 Block 52ID sedikit mendapat komentar dari pihak Amerika selaku negara Produsen dimana pihak Amerika menjelaskan nama resmi pesawat tempur hibah ke Indonesia ini adalah F-16 Block 25ID bukan F-16 Block 52ID karena memang pesawat tersebut berasal dari Block 25 bukan dari block 52. Pihak Amerika berasalah penamaan F-16 Block 25ID ini bertujan agar tidak membingungkan karena memang beasal dari Block 25. Kalau menggunakan nama Block 52ID seolah olah itu adalah pesawat yang berasal dari Block 52.
Terlepas dari pro dan kontra penamaannya, menjadi pertanyaan kita bersama adalah Benarkah F-16 Hibah ini setara Block 52?. Dalam blog Analisis Militer sudah dibahas sejak tahun 2012 lalu. Namun gambaran besarnya adalah dalam beberapa aspek pesawat tempur hibah ini cukup setara dengan block 52 bahkan dengan Block 52+ sekalipun. Namun di beberapa aspek lainnya, pesawat tempur hibah ini masih menggunakan komponen standard untuk F-16 Block 25.
Situs komunitas pembaca majalah Angkasa, ARC menyebutkan bahwa dari sisi avionik, kemampuan F-16 C/D Blok 25 Upgrade itu telah mengalami peningkatan kemampuan signifikan. Dari data yang dikeluarkan Kementrian Pertahanan pada beberapa waktu yang lalu, terlihat jelas sejumlah modifikasi dan peningkatan itu. Diantaranya adalah pemasangan Modular Mission Computer, Digital Video Recorder, IDM, dan lainnya. Di kokpit sejumlah sentuhan modernisasi juga dilakukan. Diantaranya pemasangan Common Color Multifunction Display, NVIS cockpit dan lainnya.
Sumber resmi TNI AU juga menyebutkan bahwa perangkat Modular Mission Computer yang digunakan adalah MMC- 7000A versi M-5 standar Block 52+ sebagai “otak dan syaraf” pesawat yang jauh lebih besar dan cepat kemampuannya dari system lama sehingga kemampuan avionic pesawat menjadi setara dengan F-16 block 50/52. Pemasangan Improved Modem Data Link 16 canggih untuk komunikasi data disamping Embedded GPS/ INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS untuk penembakan JDAM (Bomb GPS). Ditambah peralatan perang elektronika yaitu Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV serta Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaffs/ Flares anti radar/ anti rudal.
Namun demikian untuk radar tampaknya masih menggunakan standar Blok 25 yaitu APG-68 (V). Padahal seharusnya F-16 Blouck 52 baru menggunakan radar APG-68 (V)5, bahkan di Block 52+ sudah menggunakan radar APG-68(V)9 seperti F-16 Singapura. Untuk urusan mesin pesawat tampaknya juga masih menggunakan mesin F100-PW-220/E yang merupakan mesin standar Block 25.
Selain upgrade kemampuan, dilakukan juga peremajaan struktur berupa program Falcon Star. Dengan program ini usia pesawat akan meningkat hingga 10.800 EFH (equivalent Flying Hours). Jika penggunaan pesawat sebanyak 200-300 EFH pertahun, maka F-16 hibah itu masih bisa digunakan antara 12 hingga 24 tahun. Perhatikan gambar di bawah ini :
PROGARAM FALCON STAR
PROGARAM FALCON STAR
Falcon struktural Augmentation Roadmap ( Falcon STAR ) adalah modifikasi struktural untuk mencapai kehidupan layanan komponen 8000 jam untuk pesawat F - 16
Dalam program ini tidak terkait pada peningkatan kinerja mesin. hanya berfokus pada modifikasi struktur pesawat untuk mencapai layanan kompopnen 8000 jam
PERSENJATAAN
Dalam program ini tidak terkait pada peningkatan kinerja mesin. hanya berfokus pada modifikasi struktur pesawat untuk mencapai layanan kompopnen 8000 jam
PERSENJATAAN
Pesawat tempur teranyar F-16 Block 52ID milik TNI AU ini sejatinya memiliki kemampuan yang cukup mematikan karena pesawat ini mampu membawa beragam senjata berupa rudal air to air, air to ground, anti kapal permukaan dan anti radar. Untuk urusan perang udara (air superiority) pesawat tempur ini bisa membawa senjata AIM-120 C (AMRAAM), AIM-9 Sidewinder versi P/L/M/X dan IRIS-T (NATO).
Selain itu, pesawat tempur ini juga pesawat dilengkapi kanon 20 mm, bomb standar MK 81/ 82/ 83/ 84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), dan rudal AGM-88 HARM (anti radar). Tidak ketinggalan, pesawat tempur ini juga dilengkapi navigation dan targeting pod canggih seperti Sniper/ Litening untuk operasi tempur malam hari serta mampu melaksanakan missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh.
Namun untuk persenjataan ini, belum semua senjata dimiliki atau setidaknya direncanakan untuk dimiliki segera. Namun kabarnya sejumlah persenjataan juga diborong, meski dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Beberapa diantaranya adalah AIM-120 C7 AMRAAM, JDAM Kit, hingga JHMCS (joint helmet mounted cueing system). Akan tetapi khusus untuk pengadaan senjata ini masih menunggu persetujuan Pemerintah Amerika Serikat.
rudal AIM-120 c (AMRAAM )
rudal AIM-120 c (AMRAAM )
AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air to Air Missile) adalah rudal andalan utama AS dan NATO dalam serangkaian operasi militer. Jelas tak sembarang negara bisa dikabulkan senat AS untuk bisa membeli AMRAAM. Di sekitaran Indonesia, populasi AMRAAM sudah bisa ditebak, yakni ada di AU Singapura dan AU Australia (RAAF/Royal Australian Air Force). AMRAAM digadang sebagai pengganti AIM-7 Sparrow pada tahun ahun 1990. Di kalangan para penerbang, rudal yang mampu melesat hingga 4 Mach dengan jangkauan 70 – 125 km ini akrab disebut sebagai Slammer. AMRAAM sendiri dibuat dalam beberapa varian, mulai dari A hingga C yang mulai digunakan sejak 1996. Kini AMRAAM juga menjadi rudal pamungkas bagi jet stealth Lockhed Martin F-22 Raptor.
Battle proven menjadi nilai jual tersendiri bagi rudal buatan Raytheon ini, kiprah AMRAM mulai terdengar sejak F-14 Tomcat berhasil merontokan MiG-23 Libya pada Januari 1993. Sebelumnya di Desember 1992, MiG-25 Irak juga dihancurkan oleh AMRAAM yang dilepaskan F-16. Di setiap kehadiran AS, terutama yang berkaitan dengan kampanye kekuatan udara, hampir tak lepas dari hadirnya AMRAAM.
spesifikasi :
spesifikasi :
Manufaktur : Raytheon
Panjang : 3,65 meter
Diameter : 17,8 centimeter
Wingspan : 44,5 centimeter
Bobot : 161,5 kg
Berat hulu ledak : 20,5 kg
Mekanisme penghancuran : proximity and contact
Mesin : Solid fuel rocket motor (R-77)/ Air breathing ramjet (R-77M1)
Kecepatan : 4 Mach
Pemandu : Active radar homing
Jangkauan : 75 – 110 km
upgrade avionik
Program ini mencakup penggantian semua sistem avionik F-16 Block 25 menjadi setara Block 52. Penggantian yang paling menonjol dan mampu meningkatkan kemampuan dalam hal air superiority secara signifikan adalah digunakannya Radar APG-68 yang memiliki cakupan hingga 184 nm (296 km) dan softwarepersenjataan yang mampu menembakkan rudal AMRAAM (Advanced Medium Range Air To Air Missile). Hal lain yang cukup penting adalah penggunaan Modular Mission Computer (MMC) sebagai sistem komputer yang mampu mengintegrasikan semua jenis senjata mutakhir pada F-16.
PENEMPATAN :
Program ini mencakup penggantian semua sistem avionik F-16 Block 25 menjadi setara Block 52. Penggantian yang paling menonjol dan mampu meningkatkan kemampuan dalam hal air superiority secara signifikan adalah digunakannya Radar APG-68 yang memiliki cakupan hingga 184 nm (296 km) dan softwarepersenjataan yang mampu menembakkan rudal AMRAAM (Advanced Medium Range Air To Air Missile). Hal lain yang cukup penting adalah penggunaan Modular Mission Computer (MMC) sebagai sistem komputer yang mampu mengintegrasikan semua jenis senjata mutakhir pada F-16.
PENEMPATAN :
Skadron Udara F-16 akhirnya resmi dioperasikan di Lapangan Udara (Lanud) TNI AU, Roesmin Nurjadin di Pekanbaru. Penempatan pesawat F-16 ini untuk memperkuat operasi pengamanan wilayah udara Indonesia Bagian Barat.
Demikian disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, dalam peresmian di Pekanbaru, Rabu (3/12/2014). Marsekal Bagus Putu Dunia menjelaskan, peletakan Skadron F-16 di Lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru karena letaknya yang strategis di wilayah barat Indonesia.
"Inilah salah satu mengapa kita letakan Skadron F-16 ada di wilayah Pekanbaru. Karena letaknya yang pada posisi jalur udara yang sangat strategis untuk bisa mengamankan kedaulatan negara kita," kata Marsekal IB Putu Dunia.
Dia menjelaskan, untuk saat ini Skadron F-16 baru memiliki 5 pesawat F-16 dari yang direncanakan sebanyak 16 pesawat. Pesawat ini merupakan hibah dari Amerika.
"Hibah pesawat F-16 itu sebanyak 24 unit. Namun saat ini dari jumlah itu akan kita bagi di Lanud Roesmin Nurjadi 16 unit dan 8 unit di Lanud Iswahyudi," kata Marsekal IB Putu Dunia.
Dalam penempatan Skadron F-16 ini, lanjutnya, dikomandoi oleh Letkol (Penerbanhan) Firman Dwi Cahyo. Secara berangsur, sarana pendukung untuk Skadron F-16 di Lanud Roesmin Nurjadin akan terus dilengkapi.
"Saat ini baru 5 pesawat F-16 yang baru kita tempatkan di Pekanbaru. Berangsur nantinya akan berjumlah 16 pesawat," katanya.
Kemampuan pesawat F-16 ini, lanjutnya Marsekal IB Putu Dunia, mampu melakukan serangan udara ke darat. Selain itu melakukan serangan di udara serta bisa mengisi bahan bakar di udara.
"Dengan demikian kehadiran Skadron F-16 ini dapat menambah pengamanan wilayah udara dalam rangka kedaulatan wilayah udara kita khususnya Indonesia bagian barat.